Eco enzyme merupakan salah satu hasil fermentasi bahan-bahan atau limbah organik yang saat ini belum dimanfaatkan dan diolah maksimal. Namun dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kini limbah organik dapat diolah menjadi produk inovasi.
Kandungan yang terdapat dalam ezo enzyme merupakan hasil fermentasi dengan bahan dasar gula atau tetes tebu sebagai katalisator dan limbah organik dengan menggunakan kulit jeruk atau limbah kulit buah, dicampur air hujan. Kemudian disatukan dalam suatu tempat dan ditutup dalam kedap udara selama tiga bulan.
Setelah tiga bulan, muncul cairan serbaguna yakni eco enzyme. Manfaatnya, yakni sebagai pembersih lantai, cairan cuci piring, bahkan untuk mandi. Dalam pembuatannya terdapat pemisahan konsentrasi ambang batas untuk memisahkan produk aman bagi tubuh dan produk yang hanya diperuntukkan sebagai pembersih.
Erwanto, S.Si., M.T., mengatakan, saat ini orientasi produk eco enzyme belum mengarah pada nilai ekonomis, karena produk ini adalah hasil penelitian kampus. Namun, jika ada peluang besar, tentu tidak menutup kemungkinan diproduksi skala lebih besar dengan Unila sebagai mediator, supaya dapat sampai ke masyarakat.
Produk eco enzyme juga sebagai bentuk penanaman pada masyarakat. Limbah-limbah di sekitar yang saat ini hanya sebatas bahan pembuangan, sebenarnya bisa menjadi produk bernilai ekonomis jika tahu bahan yang terkandung, cara mengolah, dan teknologi apa yang digunakan.
Produk eco enzyme merupakan salah satu produk ramah lingkungan. Produk yang diangkat Program Studi Teknik Kimia Unila sebagai cerminan produk dengan bahan, serta alat yang mudah ditemukan, kemudian pembuatannya juga tidak sulit dan bisa menjadi praktikum atau bahan pembelajaran mahasiswa.
Tantangan dalam membuat produk ini salah satunya, mengupayakan bahan-bahan kimia yang tidak bisa didapat sembarangan, karena harus melalui izin tertentu. Erwanto berharap, produk eco enzyme dapat mengedukasi mahasiswa teknik kimia atau mahasiswa rumpun saintek dalam memaksimalkan sumber daya yang ada.
Maksimalkan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar. Awalnya hanya limbah tak berarti, namun bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat.
“Saya berharap melalui penelitian, produk yang masih terlihat sederhana dapat ditingkatkan dari segi kemasan agar lebih menarik, sehingga mendapat perhatian masyarakat,” pungkas Erwanto. *
Eksplorasi konten lain dari LAMPUNG 7
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.