Emiten konstruksi BUMN Karya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), membukukan rugi bersih senilai Rp 3,77 triliun pada tahun 2023. Rugi tersebut melonjak 98,46 persen yoy dibandingkan tahun 2022 senilai Rp 1,89 triliun.
Kerugian Rp 3,77 triliun itu disebabkan pendapatan Waskita Karya turun 28,41 persen menjadi Rp 10,95 triliun dari sebelumnya Rp 15,3 triliun pada tahun 2022. Lini bisnis jasa konstruksi menyumbang pendapatan usaha WSKT terbesar senilai Rp 8,72 triliun.
Pendapatan Waskita Karya lainnya ditopang oleh lini bisnis jalan tol senilai Rp 1,13 triliun, penjualan precast senilai Rp 665 miliar, properti senilai Rp 198,13 miliar, hotel senilai Rp 94,5 miliar, bunga dari jasa konstruksi senilai Rp 72,13 miliar, penjualan infrastruktur lainnya senilai Rp 59,36 miliar, serta sewa gedung dan peralatan senilai Rp 9,63 miliar.
“Kebijakan pemerintah baik yang menyangkut ekonomi dan moneter, serta kondisi sosial dan politik yang kurang kondusif akan berakibat menurunnya investasi dan pembangunan. Hal ini dapat mengakibatkan tertundanya proyek-proyek yang telah maupun akan diperoleh grup,” tulis manajemen dalam laporan keuangan, Senin (1/4).
Beban pokok pendapatan turun menjadi Rp 10,1 triliun dibandingkan tahun 2022 senilai Rp 13,85 triliun. Kemudian, rugi bersih tahun berjalan tercatat senilai Rp 4,01 triliun.
Beban keuangan serta rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama tercatat masing-masing Rp 4,4 triliun dan Rp 280,25 miliar. Adapun rugi bersih per saham tercatat Rp 130,89, naik dibandingkan tahun 2022 senilai Rp 65,95.
Total aset yang dimiliki Waskita Karya turun menjadi Rp 95,59 triliun sepanjang tahun 2023. Jumlah liabilitas mencapai Rp 83,99 triliun, terdiri dari liabilitas jangka pendek senilai Rp 22,83 triliun dan jangka panjang senilai Rp 61,15 triliun.