Oleh: Vino Anggi Wijaya (Wartawan Harian Momentum)
Aksi Pelarangan Sosialisasi dan bagi-bagi sembako bagi calon walikota kian masif di Kota Bandarlampung. Hampir semua aparatur dikerahkan untuk menjegal lawan politik yang berusaha menunaikan hak demokrasinya. Mulai dari ketua Rukun Tetangga (RT), Lurah bahkan Camat kompak dilarang.
Sebulan yang lalu, beberapa oknum ketua RT dan Lurah yang terlibat adu mulut dengan kontribusi pengurus DPD Partai Golkar Bandarlampung. Seorang Ketua RT mengeluarkan kader Partai Golkar karna mensosialisasikan Rycko Menoza sebagai Calon Walikota dan bagi-bagi sembako. Alasannya, Kegiatan tersebut tidak ada izin. Bahkan, Lurah setempat juga datang ke lokasi karena laporan sang Ketua RT.
Kemarin, pelarangan juga menimpa Tim Pemenangan Bakal Calon Walikota M. Yusuf Kohar. Dalam beberapa video yang dirilis di grup WhatApps (WA), terlihat Lurah Tanjung Baru, Kecamatan Kedamaian menghadang Tim Yusuf Kohar. Bahkan, dia sampai mengerahkan beberapa petugas Linmas untuk menggagalkan aksi sosialisasi dan bagi-bagi sembako oleh tim tersebut. Dia pun terlihat sampai adu mulut dengan Wakil Walikota M. Yusuf Kohar.
Di tempat terpisah, Lurah Gulak Galik, Kecamatan Telukbetung Utara juga melakukan hal serupa. Dalam rekaman video berdurasi 5 menit 11 detik itu, oknum Lurah yang memakai masker merah itu dengan lantang gagalkan aksi bagi-bagi sembako dan pasang poster bakal calon Walikota. Dia juga menghimbau warga sekitar untuk tidak menerima bantuan dari calon kandidat mana pun.
Aksi pelarangan beberapa oknum Lurah itu sangat “Heroik”. Layaknya pembela kebenaran. Mereka terlihat mati mempertahankan argumentasi.
Sayang, Saya belum pernah mendengar ada Ketua RT dan Lurah yang berjuang melakukan hal yang berkaitan dengan tim pemenangan Eva Dwiana, istri Walikota Bandarlampung Herman HM. Belum pernah saya mendengar seorang Lurah memarahi Ketua RT yang ikut memasang poster Eva Dwiana, dilingkungannya masing-masing. Padahal, sudah menjadi rahasia umum jika poster yang dipasang saat ini hampir di setiap warung dan jalan melibatkan Ketua RT, tu Fakta.
Lain hal jika tim Rycko Menoza dan Yusuf Kohar yang memasang poster, Lurah akan ngotot. kenapa tidak dengan Eva Dwiana?
Rakyat sudah mulai jengah dengan motivasi aparatur yang terkesan mengistimewakan salah satu kandidat tertentu. Apakah memang walikota meminta izin untuk diterapkan demikian? Jika benar, berarti Rezim sudah mulai Rumit.
Jika tidak, walikota harus memberi imbauan kepada aparaturnya untuk menjadi netral, jangan terlibat politik praktis, jalankan saja tugas sebagai Lurah, jangan ikut campur dalam urusan politik. Ingat, jabatan itu hanya sementara. Itu saja. Tabikpun.