GEDONG TATAAN | Kokoh dari luar, namun keropos dari dalam, tampaknya pas untuk menggambarkan kondisi Gedung DPRD Pesawaran yang belum seumur jagung ditempati tersebut. Pasalnya, sejumlah anggota DPRD setempat termasuk unsur pimpinan menyesalkan buruknya perencanaan dan pelaksanaan pembangunan gedung DPRD yang terkesan tidak maksimal.
Hal itu didukung, rusaknya hampir seluruh fasilitas kamar kecil, wastafle, saluran air yang bocor hingga merembes ke plafon. Bahkan, instalasi listrik yang ada digedung tersebut disinyalir tidak sesuai standar, dan dikhawatirkan dapat memicu kebakaran.
Roliansyah, Ketua Komisi III DPRD Pesawaran yang menungkapkan kekecewaannya terhadap kualitas gedung DPRD tersebut. Bahkan, pihaknya mendukung bila unsur pimpinan DPRD merekomendasikan untuk dilakukan audit menyeluruh terhadap pelaksanaan pembangunan gedung DPRD tersebut.
“Anggaran yang dikeluarkan tidak sedikit, total hampir sekitar 20 miliar. Dan kita sangat kecewa dengan hasil pelaksanaan bangunan ini. Bahkan, kami di Komisi III pada saat pengerjaan bangunan kita rutin sidak dan kerap kali menegur pihak terkait, agar diperhatikan kualitas bangunan ini,” ujar Roliansyah.
Menurutnya, sejak tahap kedua pelaksanaan pembangunan gedung DPRD teersebut pihaknya kerap menegur pihak terkait dan rekanan. Mulai dari perencanaan sampai proses akhir.
“Bahkan, kita minta jangan di PHO kalau yang rusak tidak diselesaikan, tapi realisasinya mana. Akibatnya, seperti ini, teerjadi banyak kebocoran dan kerusakan lainnya. Untuk itu kita mendukung, dilakukan audit terhadap pelaksanana pembangunan gedung ini,” tambahnya.
Senada disampaikan Wakil Ketua II DPRD Pesawaran, Mustika Bahrum bahwa banyak kondisi yang harus dilakukan perbaikan, mulai dari instalasi listrik, saluran air dan sebagainya.
“Sebenarnya kita berharap ada itikad baik dari pihak terkait melakukan perbaikan. Namun, kita tunggu selama ini belum ada tindak lanjut. Tapi kami akan tetap tunggu itikad baik dari pihak terkait, karena memang ini sudah selesai pengerjaannya. Namun, jika masih tidak ada solusi, maka kita akan cobo laporkan ke ketua dewan untuk direkomendasikan audit dahulu itu,” ungkap politisi Partai Golkar ini.
Sementara, Sekretaris Dewan, Yulizar menambahkan, saluran air dan instalasi listrik merupakan kebutuhan yang paling vital untuk operasional gedung DPRD. Dimana, hampir seluruh wastafle, water closed tidak dapat digunakan.
“Kalau informasi dari pihak PLN, mereka tidak bisa menjamin instalasi listrik di atas. Kalau AC dinyalakan, seperti ada bau hangus. Kita mau gunakan genset yang baru dibeli aja, khawatir karena kondisi instalasi listriknya. Keinginan dari awal, pimpinan DPRD menginginkan audit menyeluruh dari perencanaan hingga proses akhir. Namun, kita berkoordinasi dengan pihak terkait, mereka bersedia memperbaiki. Karena ada tiga rekanan yang melaksanakan pembangunan gedung ini yang dikerjakan dalam tiga tahap,” pungkasnya.
Berdasarkan pantauan, hampir diseluruh ruangan terlihat terjadi kebocoran. Bahkan, terdapat ember di ruang sidang paripurna yang digunakan untuk menampung air yang bocor dari atas plafon. Dan hampir seluruh fasilitas wc dan wastafle tidak dapat digunakan. Bahkan, pada saat byarpet PLN kemarin, nyaris pembahasan RKA di beberapa komisi tertunda lantaran tidak adanya pencahayaan.