LAMPUNG7COM | Eks caleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Edy Mulyadi disebut-sebut telah menghina lokasi ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur. Dalam sebuah diskusi, Edy menyebut daerah tersebut sebagai tempat ‘jin buang anak’ dengan pangsa pasar kuntilanak dan genderuwo.
Omongan Edy pun memicu amarah suku Dayak di Kalimantan. Mereka lalu menuntut Edy untuk meminta maaf dan datang ke Kalimantan untuk menjalani hukuman secara adat.
Menanggapi hal tersebut, politikus PKS Tifatul Sembiring mengatakan bahwa kejadian ini sebetulnya tak perlu dibesar-besarkan. Menurut Tifatul, Edy tidak melakukan penghinaan apapun.
“Nggak ada kalimat menghina. Yang menghina yang mana? Nggak ada delik hukumnya juga. SARA juga enggak ada,” ujar Tifatul di sela-sela Pelantikan Dewan Pakar DPP PKS di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (24/1).
Anggota Komisi I DPR ini mengaku sudah bertanya kepada rekan-rekannya yang orang Jakarta atau dari suku Betawi mengenai kalimat ‘tempat jin buang anak’ tersebut. Kata Tifatul, rekan-rekannya tersebut menjawab ‘tempat jin buang anak’ merupakan konotasi dari lokasi yang jauh, sepi, dan seram.
“Tempat sepi, jauh, serem, itu maknanya tiga itu, bukan tempat jorok,” katanya.
“Saya kan tinggal Depok sekarang. Waktu saya pindah ke Depok, kata temen-temen juga bilang ‘lu mau pindah ke tempat jin buang anak?’. Jadi tidak ada konotasi penghinaan,” tambahnya.
Karenanya, Tifatul mengatakan bahwa polemik ini tidak perlu lagi diperpanjang. Terlebih, Edy juga sudah melayangkan permintaan maaf.
“Sudahlah. Kita ini ada 1.342 suku, ada 800 bahasa, ada 17.508 pulau dan ada sekian budaya. Udah, jangan baperan deh, dikit-dikit kesinggung, nanti susah bergaul kita ini. Nanti orang Batak ngomong kenceng, tersinggung. Jadi saling memahamilah. Suku bangsa begitu banyak tapi dikit-dikit kesinggung, kapan nikahnya kita,” ungkapnya. [Red]
Sumber: Jawapost