DEKALA.PASTI.SERU
Pameran Virtual Berlangsung Terus Menerus — Menyingkap nostalgia study tatkala usia muda pelukis Bambang Suroboyo, ketika mulai berproses menjadi pelukis profesional di Pasar Seni Ancol.
Memori deburan ombak pantai Ancol yang tenang, tak pernah berhenti membelai pasir putih yang terhampar di sepanjang pantai Harapan tempat Bambang SBY, menambatkan jung kehidupannya sebagai pelukis.
Bakat seni otodidak dan proses pembelajaran secara alamiah dengan imaginasi liar tak terbendung, telah mengantarkan obsesinya sebagai seniman di arena Pasar Seni Ancol tempat pelukis profesional berkarya dan menjual karyanya (1976)
Banyaknya bidang seni yang Bambang SBY geluti menjadi sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan cukup untuk hidup dari berkesenian. Awal masuk Pasar Seni Ancol Bambang bergabung di Sanggar Nira, belajar melukis dengan pelukis A. Wakijan bersama pelukis Widagdo Pelukis Istana Negara dan membuat kerajinan souvenir.
Disaat luang, Bambang ikut bergabung bersama Teater Pasar di bawah pimpinan Tizar Purbaya. Yang punya program tetap setiap bulan pentas, di arena terbuka Pasar Seni Ancol.
Bakat kuatnya dibidang musik mendorongnya untuk membuat kelompok musik ngamen dan bergabung di grup kroncong Pasar Seni. Kemudian juga mengajar gitar klasik di Sekolah Musik Vidi Vici (Cabang Pasar Seni Ancol) dibawah Pimpinan Ully Sigar Rusady.
Ketika ada program penataran pelukis muda, Bambang juga ikut sebagai peserta, disaat itulah Bambang mengenal Harijadi Sumodijoyo, pelukis legendaris multi talenta yang jadi gurunya. Dari Harjadi, Bambang dapat arahan untuk tetap fokus belajar melukis saja, jangan terlalu banyak cabang seni yang dipelajari. Ada satu pesan yang selalu terngiang-ngiang dari gurunya Harijadi. S. “Belajaro melukis wae lhe mengko kowe iso kesenian opo wae” (Belajar melukis saja, nak, nanti kamu akan bisa kesenian apa aja), begitu pesan Guru Besar Harijadi S, yang .masih membekas di ingatan dan dijalani sampai sekarang. (Christian Heru Saputro/Akademi Lampung)