Perkenalkan, aku Noor, pemudi yang tumbuh besar di Desa Tinggarjaya, desa yang terletak di Kabupaten Banyumas dan berjarak sekitar 45 km dari Kota Purwokerto. Pemudi yang kini mengenyam pendidikan S1 Teknik Elektro ITB. Inilah cerita perjuanganku tatkala SMA dulu.
Cerita Oleh: Noor Azizah Rahmafani
Dari hampir semua presentasi, belum kutemukan titik terang mengenai biaya. Hingga akhirnya, sampailah pada presentasi roadshow dari kakak paguyuban GAMAS (Keluarga Mahasiswa Banyumas) ITB, yang secara terang-terangan menyatakan bahwa ada begitu banyak beasiswa yang bisa dipakai selama masa perkuliahan dan 0% mahasiswa drop out karena masalah biaya. Tiba-tiba semangatku membara, kutemukan motivasi yang selama ini kucari, ya Allah inikah jalan terbaik yang Engkau beri, pikirku dalam hati.
KLIK JUGA: Secercah Asa Sang Pejuang (Part I)
Sejak saat itu, aku mencari-cari info mengenai ITB, mulai dari jurusan, bagaimana mendaftar, apa saja persyaratannya, kepada guru BK dan kakak paguyuban. Tak lupa juga aku mendaftar beasiswa BidikMisi dengan harapan aku akan mendapatkannya untuk memenuhi biaya kuliah. Karena aku menyukai bidang IT, akhirnya kuputuskan untuk mencoba fakultas STEI di pilihan pertama SNMPTN dan FMIPA sebagai pilihan kedua karena aku juga menyukai matematika. Tapi ibuku bilang, bahwa pekerjaan di bidang pertambangan dan perminyakan sangatlah potensial, sehingga kuubah pilihanku menjadi FTTM di pilihan pertama dan STEI pilihan kedua walau sebenarnya niatku masih tetap STEI. Aku bukanlah murid terpandai di SMA, apalagi waktu itu aku ditugaskan untuk menjadi pengisi nilai rapor siswa di PDSS sehingga aku mengetahui nilai murid satu sekolah, nyaliku menciut, nilai teman-temanku jauh lebih tinggi daripada nilaiku.
Akhirnya kuputuskan untuk menyiapkan ujian tertulis SBMPTN bersama teman-teman yang senasib. Berbekal uang tabungan sisa uang saku, kubeli buku latihan soal-soal SBMPTN dan memfotokopi banyak latihan soal. Selain itu, aku dan teman-teman juga rajin mengikuti try out yang diadakan oleh paguyuban mahasiswa, seperti try out STAN, ITB, UI, dan UGM. Nilai try out milikku tidaklah begitu bagus, masih rangking puluhan, bahkan ratusan dari ratusan. Aku harus bekerja lebih keras lagi. Sehingga tiap malam, aku akan belajar hingga tengah malam untuk melahap semua soal-soal. Tak lupa kutulis jurusan impian di depan lemari belajar dan juga di dinding mimpi yang ditempel di kelas. Aku selalu menuliskan STEI dengan ukuran yang lebih besar sehingga semua orang yang membaca ikut mendoakannya juga.
Sempat ditanya beberapa kali oleh teman-temanku, apakah aku benar-benar yakin ingin masuk STEI, apakah prospeknya nanti akan bagus, kenapa tidak ke perguruan tinggi lain saja yang kesempatan lolosnya jauh lebih tinggi. Tapi kuyakinkan kepadaku teman-temanku, insya Allah ini adalah pilihan terbaik. Tak pernah luput dalam doa dan sujudku agar Allah memilihkan tempat terbaik untukku nantinya.
Hingga akhirnya sampailah pada pengumuman SNMPTN tanggal 27 Mei 2013, yakni saat yang ditunggu-tunggu. Seperti biasa, server down pada pukul 18.00 WIB, maka kuputuskan untuk menunda membuka web setelah Isya saja. Karena begitu banyak yang penasaran dengan hasil SNMPTNku, maka kuberikan nomor pendaftaranku kepada teman-teman. Alangkah terkejutnya aku, ketika temanku bilang bahwa aku lolos ke STEI. Aku masih tidak percaya, sehingga dengan menguatkan hati, kubuka web SNMPTN dan kutuliskan dengan hati-hati nomor pendaftaranku, dan alhamdulillah, ternyata benar bahwa aku lolos ke STEI, ditambah lagi aku berhasil mendapatkan beasiswa BidikMisi sehingga aku tidak membayar sepeser pun untuk biaya kuliah.
Sungguh, tidak ada mimpi yang terlalu besar, yang ada hanyalah usaha yang terlalu kecil. Allah akan selalu memberikan jalan terbaik bagi hamba-Nya yang memiliki niat- niat baik. Sekarang aku ingin menuntaskan studi dengan usaha yang sebaik-baiknya, berkontribusi bagi negara yang sudah memberikan begitu banyak fasilitas, dan mengembangkan individu-individu yang kurang beruntung di luar sana. Bisa jadi, kita ini adalah mimpi-mimpi dan doa para pendahulu kita, yakni doa berupa agar ada pemuda-pemudi yang lebih baik dari generasi mereka dan memiliki cita-cita dan harapan besar bagi bangsa. Ingin menjadi apa, itu ada di tanganmu, tidak peduli apa latar belakang dan masa lalu yang pernah kamu punya. Jadikan perjuangan sebagai bagian dari hidupmu, karena hidup terasa indah setelah lelah berjuang. Selamat menikmati indahnya perjuangan!