Terungkap Bahwa: Gunung-gunung yang Telah Hancur Itu Berterbangan
LAMPUNG7COM | Dewan Kesenian Lampung (DEKALA/DKL) PA’dewo Anugerah ShakeTI (PASTI) SEni-RUpa (SERU) DEKALA.PASTI.SERU — Menggelar karya tentang 1001 Legenda Krakatau dari tema yang di gali dari fenomena Gunung Batuwara/Krakatau purba sampai masa kini. Saat ini Potensi destinasi pariwisata Gunung Anak Krakatau masih dinikmati oleh Provinsi Banten, Lampung yang memiliki destinasi dan wilayah geografis hanya sebagai penonton dan belum menikmati keberadaan Gunung Krakatau, sebagai destinasi wisata yang diminati dunia. Pagelaran Seni-budaya ini diinisiasi dan diprakarsai pelukis Bambang SBY secara independen . Didukung DKL dan PASTI SERU. Prosesi dan progres berlangsung di Sanggar Pojok JaMSenI – Markas Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Jl. Pangeran M. Noer (Karya Muda 3) No 2 Teluk Betung Utara Bandar Lampung dan Dewan Kesenian Lampung (DKL).
Media: Swarna Tirta Jenggala (Aquarel fleksibel permanen/berbasis air kopi/organik dan anorganik) diatas kanvas
Telepon/WA: Bambang SBY 0851 0957 1957
Keterangan Bahan:
Media: Swarna Tirta Jenggala (STJ) Aquarel fleksibel permanen diatas kanvas) diracik sendiri dari pigmen organik dan anorganik dan binder bebahan organik berbasis air, dihasilkan dari hutan dan sumber alam di Lampung Sumatera. cat berbasis air yang mengandung pigmen dari kopi dipergunakan sebagai pengantarnya. Keistimewaan kopi menimbulkan efek yang memiliki karakter sangat kuat, dengan teknik khusus cat air dari bahan organik menghasilkan efek tampilan sangat lembut alami dan berkarakter sangat kuat.
Pada umumnya diseluruh Dunia lukisan berbahan cat air memiliki karakter semu, setipis kulit ari, tetapi cat STJ berkarakter asli, setebal dan sekasar apapun tetap lentur dan fleksibel. sekasar kulit badak.
DESKRIPSI KARYA SENI RUPA
Krakatau atau Krakatoa (Rakata) adalah kepulauan vulkanik aktif berada di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatra. Gunung Krakatau sirna karena meletus (26-27 Agustus 1883). Kawasan ini sekarang merupakan cagar alam yang memiliki empat pulau kecil: Pulau Rakata, Pulau Anak Krakatau, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang (Rakata Kecil) (2019).
Berdasarkan kajian geologi, kepulauan ini berasal dari sistem gunung berapi tunggal Krakatau yang pernah ada di jaman purba.
Krakatau/Krakatoa/Rakata
Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa.
Mengakibatkan gelombang tsunami yang terdahsyat di kawasan Samudra Hindia.
Suara letusannya terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Selat Sunda
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut. Gunung Krakatau yang meletus, getarannya terasa sampai Eropa. (Wikipedia).
Fenomena alam ini merupakan Petunjuk Tuhan Allah Subhanahu WaTa’Ala tentang Kebesaran dan Ke-Maha KuasaNya (Hari Kiamat), dengan segala Bencana dan AnugerahNYa terhadap manusia dan alam semesta, diilustrasikan dalam karya multimedia, untuk dapat kita petik Hikmahnya menjadi Berkah dan Hidayah.
Dalam QS. Al-Qari’ah Ayat 5
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَتَكُوۡنُ الۡجِبَالُ كَالۡعِهۡنِ الۡمَنۡفُوۡشِؕ
Wa ta kuunul jibalu kal ‘ihnil manfuush
Dan Gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
(Juz ke-30)
Tafsir
Dan pada hari kiamat itu pula gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Gunung yang demikian kekar diempaskan sehingga menjadi abu, kemudian disapu oleh angin dahsyat hingga beterbangan, menjadikan bumi terhampar rata.
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa gunung-gunung yang telah hancur itu beterbangan dari tempatnya seperti bulu halus yang diterbangkan angin. Lalu bagaimanakah keadaan manusia yang mempunyai tubuh yang lemah itu bila mengalami al-qari’ah itu. (Al-Quran Indonesia). | Sby