LAMPUNG7NEWS
Timur Tengah | Arab Saudi kemarin siang melakukan uji coba sirene udara, sebagai antisipasi dalam menghadapi ketegangan militer dengan Iran. Sirene peringatan itu menggema ke sejumlah kota di Arab Saudi.
Kamis pukul 13.00, pesan singkat dikirimkan seluruh warga Kota Riyadh dan sejumlah provinsi tetangga. Pertahanan sipil menyatakan, uji coba dilakukan untuk memastikan sirene peringatan itu siap digunakan jika sewaktu-waktu diperlukan.
Pasca serangan kilang minyak Saudi akhir pekan lalu, konflik antara Saudi dan Iran diprediksikan akan semakin memanas. Meski Iran mengelak, Amerika dan Saudi meyakini serangan itu sengaja dilakukan Iran dengan mengatasnamakan kelompok bersenjata Yaman, Huthi.
AS dan Saudi disebut tengah mempertimbangkan serangan balasan, guna menanggapi peristiwa peledakan dua fasilitas kilang minyak terbesar di dunia itu. Pasalnya, kejadian tersebut turut memengaruhi perdagangan minyak mentah dunia.
Ketika ditanya soal rencana serangan balasan, Duta Besar Saudi untuk Jerman Faisal bin Farhan mengatakan, “Semuanya tertulis jelas di atas meja.”
Presiden AS Donald Trump telah mengutarakan sejumlah opsi yang mungkin bisa dipertimbangkan sebagai balasan atas serangan Iran. The Telegraph mengabarkan, Trump mengajukan pilihan untuk melakukan serangan siber, atau balas menyerang kilang minyak milik Iran.
“AS ada di samping Arab Saudi dan mendukung haknya untuk mempertahankan diri,” ujar Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo melalui Twitter, setelah bertemu dengan Pangeran Mohammed bin Salman di Jeddah.
Pompeo mengatakan serangan terhadap kilang minyak Saudi telah meruntuhkan separuh produksi minyak mentah Saudi. “Skala yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” kata Pompeo.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan, serangan militer AS dan Saudi terhadap Iran akan menghasilkan peperangan yang tidak ada habisnya.
“Saya membuat pernyataan yang sangat serius bahwa kita tidak menginginkan perang. Kita tidak ingin terlibat dalam konfrontasi militer,” kata Zarif.
Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh Riyadh, diketahui ada 25 pesawat tanpa awak (drone) dan rudal yang diduga digunakan dalam serangan kilang minyak utama Saudi. Dengan bukti ini Saudi percaya diri bahwa Iran tidak lagi bisa mengelak.
Juru Bicara Militer Saudi Letkol Turki al-Maliki mengatakan, baru-baru ini kerajaan Saudi mencegat 282 rudal dan 258 drone. Sebagian besar disebut-sebut berasal dari Yaman.
Huthi merupakan kelompok bersenjata yang menguasai Yaman. Kelompok itu disebut mendapat dukungan dari Iran.
Serangan kilang minyak Saudi diakui Huthi sebagai bagian dari aksinya. Namun berdasarkan penyelidikan Riyadh, rudal ditembakan dari arah Utara, bukan dari arah Yaman.
Diduga, rudal tersebut dikirim menggunakan drone oleh Iran, melintasi wilayah Irak, sekitar Teluk Persia Utara. Jalur ini dipilih untuk menghindari pengawasan AS.
Para pejabat militer Amerika telah mengunjungi lokasi terbakarnya kilang minyak Saudi guna mengumpulkan data untuk kepentingan intelejen. PBB juga telah mengirimkan tim ahli internasional ke Saudi untuk membantu penyelidikan.
Sementara itu, seorang warga Riyadh yang enggan disebut nama lengkapnya mengungkapkan kekhawatiran akan terjadinya perang.
“Kami pernah melakukan serangan ke Saudi, bahkan di Riyadh, sebelumnya. Tetapi ini terasa berbeda. Orang Houthi, kita bisa atasi,” kata Khaled kepada The Telegraph. “Tapi Iran adalah masalah lain,” pungkasnya.