(Tadarus Hari ke-13/14/4/2022)
Hari ke-13:
Allah mencatat bagi kita pahala seperti pahala ibadah penduduk Mekkah dan Madinah, dan Allah memberi kita syafaat sejumlah bebatuan dan bongkahan tanah liat yang ada di antara Mekkah dan Madinah.
Semoga ibadah puasa kita diterima dan Mendapat Berkah, Hidayah dan Anugerah dari Allah Subhanahu WaTa’ala. Aamiin Yaa Robbal’Aalamiin Alhamdulillahirobbil’Alamin.
Merasa Diri Kita Lebih Baik dari Orang Lain, hal ini yang sering dialami oleh kita-kita tatkala sudah lama belajar ilmu pengetahuan danvagama.
Setiap orang perlu melakukan introspeksi diri agar sudut pandangnya mengenai harga dirinya dan orang sekitar dapat berubah. Penelitian juga menunjukkan bahwa introspeksi diri dapat meningkatkan kecerdasan emosial sehingga mempermudah Anda dalam mengatasi tantangan hidup yang ada.
Merasa diri sudah lebih baik dan lebih paham dari yang lain.
Padahal kekurangan kita teramat banyak.
Kita harus menjadi yang terbaik, memiliki komitmen, integritas dan dedikasi yang dalam menjalani hidup dengan sikap tegas dan berkualitas
Prinsip yang harus dipegang adalah jangan selalu merasa diri sudah baik, namun berusaha terus untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اَلَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰٓئِرَ الْاِ ثْمِ وَا لْفَوَا حِشَ اِلَّا اللَّمَمَ ۗ اِنَّ رَبَّكَ وَا سِعُ الْمَغْفِرَةِ ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِكُمْ اِذْ اَنْشَاَ كُمْ مِّنَ الْاَ رْضِ وَاِ ذْ اَنْتُمْ اَجِنَّةٌ فِيْ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ ۚ فَلَا تُزَكُّوْۤا اَنْفُسَكُمْ ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى
Allaziina yajtanibuuna kabaaa-irol-ismi wal-fawaahisya illal-lamama inna robbaka waasi’ul-maghfiroh, huwa a’lamu bikum iz angsya-akum minal-ardhi wa iz angtum ajinnatung fii buthuuni ummahaatikum, fa laa tuzakkuuu angfusakum, huwa a’lamu bimanittaqoo
“(Yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm 53: Ayat 32)
Janganlah engkau mengatakan dirimu suci, dirimu lebih baik. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam juga bersabda,
لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ
La tuzakku ‘anfusakum alllah ‘aelam bi’ahl albirr minkum
“Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian.” (HR. Muslim no. 2142).
Jika kita ingin memiliki tahu bahayanya menganggap diri lebih baik, maka coba lihatlah pada kekurangan kita dalam ketaatan.
Lalu lihat para orang yang menyatakan kita baik. Maka kalau seandainya mereka tahu kekurangan kita, pasti mereka akan menjauh.
Seharusnya sikap seorang muslim adalah mengedepankan suuzhon (prasangka jelek) pada diri sendiri. Ia merasa dirinya serba kurang.
Tak perlulah kita memandang kejelekan pada orang lain. Kita ingat kata pepatah, “Semut di seberang lautan nampak, namun gajah di pelupuk mata tak nampak.”
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاة فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذَل- أو الجَذَع – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ
Yubsir ‘ahadukum alqadhat fi ‘aeyun ‘akhihi, wayansaa aljadhal- ‘aw aljadhae – fi eayn nafsih
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari ).
Hati-hati pula dengan sifat ujub, yaitu takjub pada diri sendiri. Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
lath likatun: shuhun ae mutabae ab almar’ binafsihi
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (HR. Abdur Rozaq 11: 304 hadits ini hasan).
Harusnya kita melihat contoh Abu Bakar, ia malah berdoa ketika dipuji oleh orang lain.
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
“Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku”.
“Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka” ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah)
Sikap Sayyidina Abu Bakar di atas menunjukkan bahwa ia merasa dirinya tidak lebih baik dari pujian tersebut.
Marilah kita memiliki sifat yang baik seperti ini.
Hanya Allah yang Memberi Hidayah dan Taufik. (DakwahSeRu/SBY)