Terkadang masa lampau mengusik kita dengan rasa bersalah dan masa depan dengan kecemasan.
Banyak hal sudah terjadi dalam hidup kita, mungkin ada diantaranya yang membuat kita tidak tenang, menyesal, marah, bingung dan perasaan ini selalu diiringi dengan rasa bersalah.
Dan rasa bersalah itu mengatakan “Seharusnya dulu aku tidak melakukannya…, Seharusnya saat itu aku dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan bukan keputusan yang bodoh…., Seharusnya aku melayani dengan tulus dan bukan untuk dilihat orang… dan seterusnya”.
Mungkin rangkaian kata seharusnya itu akan bertalu-talu di hati kita seolah ingin menghakimi diri kita sendiri. Kata inilah yang sering membuat kita merasa bersalah dan menjadi musuh dalam hidup kita.
Namun semua yang sudah terjadi tidak dapat kita ubah lagi. Kita tidak dapat mengubah lembaran-lembaran masa lalu kita. Charles Swindoll pernah berkata “Aku yakin bahwa hidup adalah 10% dari apa yang terjadi padaku dan 90% adalah bagaimana aku bereaksi terhadap apa yang terjadi itu”.
Hal ini berarti bahwa setiap kita bertanggung jawab terhadap sikap-sikap kita sendiri. Kita tidak dapat mengubah masa lalu, tetapi kita dapat mengubah sikap-sikap kita yang salah selama ini.
Satu hal yang istimewa bahwa kita memiliki kesempatan setiap hari untuk memilih sikap apa yang akan kita ambil untuk hari itu. Karena itu mari gunakan kesempatan itu dengan bijaksana, supaya kita tidak menyesal di kemudian hari. Kuncinya adalah berdoa, mohonlah selalu hikmat yang berasal daripadaNya, agar kita selalu dapat memilih yang terbaik yang sesuai dengan kehendakNya.
Ketika kita menatap ke depan, musuh kehidupan kita adalah “seandainya”
Sehabat, kata ini seringkali menjadi musuh kita, sehingga membuat kita tidak dapat menikmati indahnya bunga di taman, tidak dapat tertawa lepas seperti tawa anak-anak yang polos dan lugu.
Hal yang lebih buruk daripada rasa bersalah dan penyesalan adalah rasa cemas. Kecemasan kita sering menghantui hidup kita dengan pertanyaan-pertanyaan “Bagaimana jika saya tidak mendapatkan pekerjaan?…”Bagaimana seandainya saya tidak berhasil?…”Bagaimana jika harapan yang saya inginkan ternyata tidak sesuai dengan harapan saya? “Bagaimana…jika usaha saya ini tidak berhasil? Serta banyak kecemasan lainnya yang memenuhi benak kita.
Padahal rasa cemas yang berlebihan justru akan menghancurkan kita. Seandainya… inilah kata yang akan merampas sukacita dalam hidup kita. Lawan dari seandainya adalah kepastian.
Bagi kita yang sungguh percaya dan hanya menaruh harap pada Allah, kita tidak perlu cemas dan hidup berandai-andai. Karena Allah memberikan hidup penuh kepastian. Allah sendiri telah berfirman “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, rancangan-rancanganKu adalah rancangan damai sejahtera, dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan”.
Kita tidak perlu cemas dan takut, karena hari depan kita ada ditanganNya, masa lalu kita diampuniNya dan masa kini kita dipelihara olehNya. Allah selalu hadir dalam kehidupan kita.
Ada sebuah puisi yang menggambarkan kebenaran ini. Judulnya adalah My Name is I Am (NamaKu adalah AKU ADA)
“Ketika engkau sedang menyesali masa lampau dan memikirkan masa depan dengan penuh kekhawatiran, Allah berkata “NamaKu adalah AKU ADA” Dengan suara lembut Allah kemudian melanjutkan, “Bila hidupmu hanya memikirkan masa lampau dengan kesalahan-kesalahan dan penyesalan-penyesalan, semuanya itu tidak ada gunanya. Allah berkata “Aku tidak ada di sana. NamaKu bukan AKU DULU ADA” karena “Bila hidupmu hanya memikirkan masa depan dengan segala permasalahan yang tidak menentu dan rasa khawatir, itu sia-sia. Allah berkata “Aku tidak ada di sana karena namaKu bukan AKU AKAN ADA. Bila sekarang hidupmu memikirkan hal-hal yang terjadi hari ini dan percaya kepadaKU, hal itu sungguh indah. Karena Aku memang ada di sini, namaKu adalah AKU ADA.
Selamat membuat resolusi untuk tahun 2023, capailah sekuat tenagamu, sisanya serahkanlah padaNya. Percayalah Tuhan selalu beserta anda dan DIA tak pernah membiarkan anda sendiri.
Begitulah kura-kura yang ingin menjadi lebih baik lagi. Salam Satu Pena.
Penulis: Pinnur Selalau.