Oleh Jeffry Noviansyah
Ngeri… ngeri sedap, Virus yang lagi naik daun sedang merajalela, berpindah-pindah dari Paul ke Panjul, Panjul ke Titi, Titi Ke Toto, Toto ke Teten, dan seterusnya.
Yang kita ketahui, bahwa Virus Korona (Covid-19) ini kasat mata jika dilihat dengan mata telanjang, harus seorang ahli yang paham, mungkin dengan menggunakan alat khusus. Sama seperti Koruptor pun juga kasat mata, selesai negosiasi dan memberi, selesai, hanya ahlinya yang paham dalam menangani pelaku tersebut (KPK).
Memang unik antara Korona dan Koruptor, sama-sama sedang dicari penangkalnya. Namun yang di khawatirkan penangkal Korona sama lamanya dalam penangkalan Korupsi, terus berlanjut jika tidak sadar diri.
Kita sebagai masyarakat awam juga tidak pernah tahu berapa banyak Korona dan Koruptor beredar di bumi Indonesia sekarang, yang pasti pakar virus dan sospol dapat menganalisanya. Dan untuk pakar antropologi saya rasa kurang paham (intermezzo).
Korona menghancurkan ekonomi, Koruptor pun menghancurkan ekonomi. Virus berkembang biak dengan cepat jika kita bersatu, Koruptor pun akan berkembang biak jika mereka bersatu. Korona dengan ganas mencabik paru-paru, dan Koruptor pun sama ganasnya meraup uang negara.
Namun Virus dapat ditolak hanya dengan desifektan, dan Koruptor pun sebenarnya dapat ditindak jika hukum ditegakkan.
Jangan mengkambing hitamkan Korona jika tujuan Koruptor mengurangi bantuan APD dan sembako. Masyarakat yang saat ini #dirumahsaja dulu butuh isi perut, butuh dapur ngebul. Jika Korona cepat teratasi, tentu masyarakat riang gembira meraih kejayaannya kembali. Pun jika para Koruptor dengan cepat teratasi, negara juga meraih kejayaan yang sebenarnya. Indonesia Kaya, Indonesia Subur, dan Indonesia Sejuk, karna kita masuk di dalam garis katulistiwa.
Maaf jika ada kesamaan dalam penyebutan nama dan kisah, dengan tidak mengurangi rasa hormat, ini hanya ilusi yang kasat mata.