Komunitas Ruang Pojok Metro Luncurkan Antologi Puisi Sebait Syair untuk Tuhan

LAMPUNG7COM | Di tahun 2021 ini Komunitas Ruang Pojok Metro Luncurkan Antologi Puisi Tunggal “Sebait Syair Untuk Tuhan” karya Solihin Utjok yang merupakan karya tunggalnya setelah melalui proses panjang kepenulisan.

Hal tersebut disampaikan Muadin Efuari, Ketua Dewan Kesenian Metro, b<span;>uku setebal 63 halaman itu berisi karya 43 puisi terbaiknya Solihin, yang mengangkat berbagai tema sosial setelah membacanya. Diterbitkan oleh Penerbit Lampung Literature salah salah satu penerima Penghargaan Sastra Khatulistwa Award tahun 2020 lalu.

“Karya ini didedikasikan bagi seluruh penikmat puisi dan sastra di Indonesia, terkhusus kepada kedua putranya Elwy Muhammad Orva serta Abyas Syalik Ibrahim,” ucap Muadin, di Cafe Studio Jajan Metro, saat acara Temu Penyair Lampung, pada lampung7.com, Sabtu (2/10/2021).

Lebih lanjut, kumpulan puisi bagi seorang penyair adalah sebuah pergulatan dan pengendapan yang panjang dari dimensi intelektualitas dan sepiritualitas. Luasnya daya jelajah sang penyair tak bisa dibatasi oleh musim yang terus berganti, ruang yang terus berpindah pindah.

Begitu halnya dengan penyair Solihin alias Utjok, penyair muda Kota Metro, salah satu generasi kedua dalam khasanah kepenyairan Kota Metro, Lampung.

Karya puisi dalam kumpulan puisinya ini ditulis sejak 2005 dengan berbagai tema kehidupan, dari orang gila yang menemui ajalnya di pinggir jalan, sampai bunyi gesekan daun bambu di sekeliling rumahnya yang teduh.

“Ada 43  puisi yang terkumpul dalam kumpulan puisi ini, dengan harapan kumpulan puisi ini menjadi turbulen dalam meningkatkan kualitas akal sehat bagi masyarakat Kota Metro dan sekitarnya. Termasuk di kemudian hari juga berharap menjadi mometum yang terus terjaga energi pergerakannya bagi para penggiat sastra Kota Metro, sehingga secara kuantitas berlimpah, secara kualitas terjaga. Selamat atas terbitnya buku kumpulan puisi ini, terus berkarya tanpa jeda,” pungkas Muadin.

Sementara menurut Iswadi Pratama, Penyair dan Sutradara Teater, m<span;>embaca sajak sajak dalam buku ini, kita bisa “menemukan” Tuhan dalam segala yang bersahaja, bahkan yang semenjana. Tuhan yang tak diembel-embeli dengan pahala dan siksa, melainkan yang seolah bisa kita sentuh melalui sembarang peristiwa.

“Namun, sajak-sajak dalam kumpulan ini tak bertendensi menjadi “puisi relijius”, mereka (puisi puisi itu), menyambangi kita dengan tubuh dan jiwa urban yang acap terasa boyak; dan dalam keboyakannyannya itulah, ia berusaha menemukan Tuhan yang transenden, pula yang imanen,” ucap Iswadi Pratama.

Sedangkan menurut Isbedy Setiawan ZS, Paus Sastra Lampung, judul buku Solihin Utjok ini terasa religius. Tapi puisi-puisi Utjok lintas (beragam) tema. Ia bicara soal milenial, sosok amat dikenal pada masanya, yaitu Ali Topan.

“Menikmati puisi-puisi penyair domisili Metro Lampung ini, serasa saya dibawa ke masa lalu, masa kini, dan akan datang. Puisi-puisinya kuat: gaya bahasa, diksi, dan tema amat kaya. Misal soal diksi, ia pajang “terpegun” dan “muncar” itu kata jarang digunakan dan asing diucap dan dengar. Penyair ini berani memilih lalu menggunakannya,” ucap Isbedy.

Sedang menurut Ari Pahala Hutabarat seorang Sutradara Teater dan Penyair mengatakan bahawa Melalui imaji dan bunyi yang sunyi menjadi konkret,demikianlah puisi-puisi Utjok yang terkumpul dalam buku Sebait Syair Untuk Tuhan. | Arif


Eksplorasi konten lain dari LAMPUNG 7

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tulis Komentar Anda