LAMPUNG7COM | Sebuah postingan dari pemilik akun facebook Dik Pungkas ke Group Info Cegatan Jogja (ICJ) yang mengeluhkan adanya pungutan liar ketika hendak berwisata ke Gunungkidul mendadak menjadi sorotan warganet.
“Skrng kalo wisata kgunungkidul siapkan uang byk pungli yg menuju wisata hati-hati n waspada,” tulis di yang diposting ke akun group ICJ tersebut, Senin (18/10/2021)
Hingga menjelang dhuhur, ribuan warganet memberikan komentar dalam postingan tersebut. Sebagian besar dari mereka justru yang mengkritik pemilik akun yang nekat masuk ke obyek wisata karena sudah ada penyekatan mengingat pemerintah masih Pemberlakuan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 yang menyatakan obyek wisata masih ditutup.
Tim Tugu Jogja berusaha mengkonfirmasi ke pemilik akun Dik Pungkas tersebut. Dik Pungkas membenarkan postingan yang telah ia tulis tersebut. Pengusaha rental mobil ini datang mengantar pelanggannya yang ingin liburan ke pantai di Gunungkidul.
“Saya bawa mobil angkut dua orang wisatawan,” ujar dia, Senin (18/10/2021).
Pungutan liar tersebut ia alami ketika hendak mengantar dua orang wisatawan ke Pantai Ngrenehan di Kalurahan Kanigoro Kapanewon Saptosari Gunungkidul, Minggu (17/10/2021). Saat itu ia membawa kendaraan pribadi, bukan travel.
Saat sampai di Tempat Pemungutan Retribusi (TPR) utama menuju ke Pantai Ngrenehan ada penyekatan yang dilakukan oleh petugas gabungan di antaranya Sat Pol PP, Polisi dan juga petugas SAR. Petugas tersebut memintanya untuk putar balik karena pantai masih ditutup.
“Saya langsung mengambil jalur tikus,” papar dia.
Ia sengaja mengambil jalur tikus karena tidak ingin membuat pelanggannya kecewa. Ia menempuh jalur tersebut agar tamunya tetap sampai ke pantai yang diinginkan. Dirinyapun langsung mengambil jalur cor blok dengan prediksi sampai ke pantai.
Dik Pungkas mengaku sengaja mengambil jalur tikus tersebut karena inisiatifnya sendiri dan bukan diarahkan oleh warga setempat. Selang beberapa saat menempuh perjalanan di jalur tikus ia terpaksa berhenti.
“Saya berhenti karena ada portal melintang di tengah jalan,”ujarnya.
Dan di dekat portal tersebut ada sejumlah pemuda yang menunggui portal tersebut dan menghentikannya. Jumlah pemuda yang ‘menjaga’ portal tersebut tak banyak hanya sekitar 5 orang. Ia sendiri tidak mengetahui apakah para pemuda tersebut merupakan warga setempat atau bukan.
Oknum pemuda yang berjumlah lebih dari 5 orang tersebut kemudian mendekati dirinya dan meminta uang semacam retribusi agar bisa masuk ke Pantai Ngrenehan. Karena khawatir, akhirnya lelaki asal Bantul ini akhirnya mengeluarkan uang sebesar Rp 20.000 kepada sejumlah pemuda tersebut.
“Mereka tidak ‘ngarani’ (menyebut jumlah) tetapi saya kasih duapuluh ribu,” terangnya.
Meski tidak menentukan besaran uang yang diminta, namun pungutan semacam tarif TPR tersebut sangat meresahkan. Menurutnya, hal ini mencoreng dunia pariwisata yang sudah akan bangkit menyusul akan berakhirnya PPKM.
“Ini baru pertama kali. Tetapi menurut saya sangat memberatkan,” tandas dia.
Jogoboyo Kalurahan Kanigoro Kapanewon Saptosari, Suhardi mengaku tidak tahu jika ada postingan viral terkait pungutan liar. Namun sepanjang yang ia ketahui tak ada pemasangan portal di jalur tikus menuju ke pantai Ngrenehan ataupun pungutan liar yang dilakukan oleh warganya.
“Saya tinggal di pantai atau di ujung wilayah Kelurahan Kanigoro. setiap hari melalui jalan menuju ke pantai ngrenehan. Dan selama ini belum pernah sama sekali menemui adanya portal yang dipasang oleh warga. Tapi coba nanti saya cari tahu. Kalau setahu saya tidak ada itu namanya portal,” tandas Jogoboyo.