Jika kita dapat menemukan atmosfer tersebut, JWST akan digunakan untuk mencari tanda-tanda biosignature di atmosfer yang mungkin mengisyaratkan adanya kehidupan.
“Kami akan mencari ketidakseimbangan kimiawi,” kata Christiansen.
“Anda dapat menghasilkan karbon dioksida, metana, dan air di planet mana pun. Namun jika karbon dioksida, metana, dan air berada dalam rasio yang tidak dapat dipertahankan secara alami, maka Anda bisa membuat kesimpulan bahwa ada proses biologis yang terlibat,” ujarnya.
Wahana Ingenuity milik NASA yang bertugas ke Mars.
Teleskop masa depan, seperti Habitable Worlds Observatory dan Life yang tengah diproduksi Badan Antariksa Eropa, kemudian akan mencoba melakukan analisis yang sama untuk planet-planet analog Bumi yang mengorbit bintang seperti Matahari.
“Kelas mengemudi di ruang angkasa akan berfokus pada planet berbatu di zona layak huni,” kata Sascha Quanz, ahli astrofisika di ETH Zürich di Swiss yang memimpin program Life.
Lebih dari itu, ada pula perburuan kehidupan cerdas. Jason Wright, astronom di The Pennsylvania State University di AS, menyebut sebagian besar target masuk akal telah dicapai.
Pengamatan radio menunjukkan, dalam jarak sekitar 100 tahun cahaya dari Bumi, tidak terlihat suar kuat yang menunjuk ke arah Bumi, kata Wright.
Sekarang program seperti Breakthrough Listen di AS mengalihkan perhatian para astronom. Mereka mencari sinyal radio terarah yang datang dari planet yang lebih jauh di galaksi Bima Sakti. Mereka bahkan mulai mencari kebocoran komunikasi yang tidak disengaja dari planet serupa yang dipancarkan dari Bumi.