Orang-orang berkumpul di depan Kedubes Thailand di Yangon
Justine Chambers, peneliti isu Myanmar dari Danish Institute for International Studies, menyebut wajib militer adalah satu cara untuk menyingkirkan warga sipil muda yang memimpin revolusi.
“Kita bisa menganalisa bagaimana wajib militer merupakan pertanda lemahnya militer Myanmar, tetapi tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan kehidupan… Sebagian orang bakal bisa kabur, tapi lebih banyak lagi yang menjadi tameng hidup melawan rekan senegaranya,” ujar Justine.
Walaupun undang-undang yang mengatur wajib militer Myanmar pertama kali disahkan tahun 2010, pelaksanaannya baru dilakukan tanggal 10 Februari ketika junta menyatakan akan mewajibkan setidaknya dua tahun wajib militer untuk semua laki-laki berumur antara 18 dan 35 tahun dan perempuan berusia 18-27 tahun.
Mayjen Zaw Min Tun, juru bicara pemerintahan militer, menyatakan seperempat dari total populasi negara 56 juta orang memenuhi syarat untuk wajib militer di bawah undang-undang.
Rezim kemudian mengatakan tidak ada rencananya untuk melibatkan perempuan ke dalam wajib militer “untuk saat ini” tanpa penjelasan lebih lanjut.
Juru bicara pemerintahan mengatakan kepada BBC Burmese bahwa panggilan wajib militer akan setelah festival Thingyan yang menandai Tahun Baru Burma pada pertengahan April. Angkatan pertama akan merekrut 5.000 orang.