Bandar Lampung | Berbicara tentang Lamban Gedung Kuning (LGK) yang berada di jalan Pangeran Suhaimi Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame kota Bandarlampung, rasanya tidak ada habisnya.
Hal tersebut cukup beralasan, mengingat LGK yang notabene adalah rumah pribadi Irjen Pol ( Purn) DR Hi Ike Edwin SH MH MM semakin hari semakin populer dan dikenal oleh masyarakat luas baik masyarakat Lampung maupun masyarakat dari luar provinsi Lampung.
Terkait: Mengenal Lamban Gedung Kuning Lebih Dekat Part VII
Terkenalnya LGK tersebut di mata masyarakat luas, bukan karena LGK sebuah istana kerajaan, atau singgasana kerajaan, atau Gedung Dalom bagi masyarakat Saibatin, atau sessat agung bagi masyarakat Pepadun, tapi terkenal karena LGK dijadikan oleh Dang IKE sapaan akrab Irjen Pol (Purn) DR Hi Ike Edwin SH MH MM sebagai rumah budaya, rumah ” , Edukasi” budaya Lampung.
Disamping itu Dang Ike juga menjadikan LGK sebagai rumah tempat “Diskusi”, tempat berkumpulnya para tokoh, baik tokoh adat, tokoh masyarakat, Tokoh Agama, tokoh politik serta tokoh pemerintahan baik daerah maupun dari pusat.
Sedangkan menurut Dang Ike,maksud dan tujuannya menjadikan rumah pribadi nya tersebut untuk tempat Edukasi budaya dan juga tempat Diskusi adalah semata-mata untuk melestarikan budaya Lampung baik lampung Saibatin maupun Pepadun agar selalu lestari dan terjaga sebagai salah satu Kearifan Lokal.
“Saya jadikan LGK ini sebagai tempat Edukasi budaya Lampung, disamping sebagai tempat berkumpul nya para tokoh untuk berdiskusi tentang berbagai macam hal, demi kemajuan dan kebaikan masyarakat Lampung pada khususnya dan Indonesia pada umumnya” tutur Dang Ike.
Selain daripada itu Dang Ike juga berulangkali menegaskan bahwa LGK bukan Istana kerajaan, bukan singgasana kerajaan, dan bukan Sessat Agung ataupun Mahhan Agung.
“Jadi sekali lagi saya tegaskan bahwa LGK ini bukanlah Istana kerajaan, bukan singgasana kerajaan atau Gedung Dalom atau mahhan Agung juga bukan Sessat Agung” Tegas Dang Ike.
Masih menurut Dang Ike, adapun kegiatan-kegiatan adat, prosesi adat atau perangkat adat dan alat-alat yang digunakan di LGK tersebut hanyalah sebagai Edukasi budaya dan sekaligus penghormatan kepada para tokoh yang berkunjung ke LGK.
“Jadi apapun kegiatan dan perangkat/alat budaya yang digunakan di LGK ini adalah untuk Edukasi, memperkenalkan budaya lampung, baik dari Saibatin maupun Pepadun, apalagi Alat-alat budaya yang ada di LGK ini hanyalah Reflika atau contoh untuk bahan Edukasi dan pelestarian budaya dibumi Lampung ini”. Lanjut mantan Kapolda Lampung tersebut.
Selain itu Dang Ike juga menjelaskan bahwa LGK bukanlah rumah budaya salah satu, marga, Buay atau Paksi yang ada di Lampung ini, akan tetapi LGK adalah rumah budaya seluruh masyarakat Lampung baik Saibatin maupun Pepadun.
“LGK ini bukan Rumah budaya untuk salah satu marga, Buay atau Paksi saja yang ada di bumi lampung ini, namun LGK adalah rumah budaya masyarakat Lampung, rumah Edukasi seluruh budaya yang ada di tanah lampung ini” ujar Dang Ike.
“Jadi sangat keliru jika ada pihak yang mengatakan bahwa LGK ini adalah Istana kerajaan, atau singgasana kerajaan, apalagi Gedung Dalom bagi masyarakat Saibatin, atau Sessat Agung ataupun Mahhan Agung bagi masyarakat Pepadun, karena saya tidak pernah menganggap apalagi menjadikan LGK ini sebagai istana kerajaan atau singgasana kerajaan apalagi Gedung Dalom atau mahhan Agung atau sessat agung” tambah Dang Ike.
Lebih jauh Dang Ike mengatakan bahwa LGK bukan hanya untuk tempat kegiatan budaya sebagai Edukasi, tapi juga tempat kegiatan-kegiatan lain nya, seperti kegiatan Sosial, Keagamaan, dan Tempat Diskusi dan komunikasi serta konsultasi untuk hal-hal yang positif bagi semua kalangan masyarakat.
“Saya jadikan LGK ini bukan hanya tempat kegiatan budaya untuk mengedukasi masyarakat, tapi juga tempat kegiatan-kegiatan lain nya seperti kegiatan sosial, keagamaan, komunikasi, konsultasi dan Diskusi bagi semua kalangan masyarakat” terang Dang Ike.
“Dan yang perlu masyarakat ketahui, bahwa nama LGK (Lamban Gedung Kuning) ini hanyalah sebuah nama sebagai ciri khas agar mudah diingat orang, agar mudah dikenali orang, jadi bukan untuk menyamai apalagi menandingi Sessat Agung atau Mahhan Agung apalagi Gedung Dalom” kata Dang Ike.
Selain daripada itu Dang Ike juga menjelaskan bahwa apa yang dia lakukan selama ini, baik kegiatan yang dilakukan di LGK maupun yang diluar LGK adalah, sebagai upaya melestarikan Tradisi dan budaya masyarakat Lampung terutama tradisi Anjau Silau, dimana tradisi tersebut disamping untuk menjalin Silaturahmi yang baik kepada semua pihak, juga terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap keamanan dan ketertiban serta kenyamanan bagi masyarakat.
Hal itu sudah dia lakukan selama menjabat sebagai Kapolda Lampung pada tahun 2016 yang lalu dan juga dia lakukan dimanapun dia bertugas selama masih aktif sebagai anggota polri, dan terbukti mampu memberikan dan meningkatkan rasa aman, nyaman serta Damai bagi masyarakat.
“Tradisi dan budaya kita sebagai salah satu kearifan lokal, merupakan salah satu tradisi dan budaya yang mampu memberikan rasa aman, nyaman dan damai bagi masyarakat, disamping itu juga mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa” tegas Dang Ike.
Masih menurut Dang Ike, kalau bukan kita siapa lagi, dan kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi, kita akan melestarikan budaya kita untuk diwariskan kepada anak cucu kita nanti.
“Sekarang ini kita harus melestarikan budaya kita, dan memperkenalkan tradisi dan budaya kita kepada masyarakat luas sebagai warisan kepada generasi berikutnya, kalau bukan kita siapa lagi, dan kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi” kata Dang Ike.
Pada akhirnya Dang Ike mengatakan, bahwa dirinya yang mempunyai darah kebangsawanan baik dari pihak Ayah maupun dari pihak ibunya, mempunyai kewajiban untuk menjaga dan melestarikan budaya lampung sebagai warisan dari nenek moyang.
“Saya sebagai seorang yang mempunyai darah kebangsawanan mempunyai hak dan kewajiban untuk menjaga dan melestarikan budaya lampung sebagai warisan dari nenek moyang kita, dan yang harus saya besarkan dan lestarikan adalah budaya nya agar tetap terjaga, terpelihara dan lestari, dengan cara mengedukasi masyarakat tentang budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu” Pungkas Dang Ike. | Je/Pin