Selanjutnya ada juga narasumber Sdr. Fernando EMAS (Direkrue Eksekutif Rumah Politik Indonesia) menyampaikan bahwa masih ada orang yang berupaya agar negara ini di giring menjadi negara yang berhakuan terhadap agama, sehingga perjuangan perjuangan itu masih di lanjutkan dari pemilihan presiden hingga daerah, sangat jelas di UUD kita melindungi segenap rakyat indonesia.
Jadi ketika mereka ingin membangun negara islam namun banyak mengandung perpecahan. tidak hanya agama saja yang dijadikan alat untuk mendulang suara rakyat, namun politik identitas seperti ras, etnis dan kelompok sosial lainnya diekploitasi besar-besaran dalam pesta demokrasi ini.
Politisasi agama yang mengemuka sejak Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 menimbulkan bekas yang sulit hilang sehingga digunakan lagi dalam pileg dan pilpres, politik dan agama tidak akan bisa berjalan seiringan dan malah akan menghasilkan demokrasi yang tidak sehat.
Kalian tahu bahwa ketika politik dan agama bercampur akan seperti minyak dan api, mereka membuat kobaran api, daripada cahaya. Itu alasan kita mempunyai persoalan itu. Jadi sangat jelas sekali, politik identitas merupakan permasalahan yang sangat kuat di pemilu sekarang dan pemilu sebelumnya.
Politik identitas artinya eksploitasi ekslusif identitas seperti agama, etnis, ras, kelompok sosial lainnya untuk untuk memobilisasi politik. Bahaya laten ‘politisasi Agama’ perlu kita waspadai bersama-sama.