Karena politik identitas dan agama yang dipolitisir, adalah formula yang sangat mudah untuk melakukan radikalisasi dan penyesatan masyarakat. sikap pembiaran terhadap politisasi agama dan politik identitas justru membuka lebar-lebar bagi berkembangnya permainan semu (shadow game) yang menjajah cara berfikir masyarakat dan seakan-akan adalah hal yang lumrah, sehingga praktik yang demikian juga digunakan oleh oknum berkepentingan sebagai komoditas yang menjanjikan. Politik yang dibungkus agama selalu menjadi komoditas yang favorit untuk diperdagangkan di masyarakat yang mayoritas religius.
Dalil-dalil agama selalu dijadikan justifikasi untuk mengambil langkah-langkah politik bagi mereka yang menjajakan politik identitas dan menggoreng agama sebagai komoditas. Saya berharap di Pemilu 2024 tidak ada lagi politik agama dan polarisasi dari pemndukung satu ke pendukung lainnya, partai politik harus merekrut orang orang Nasionalis berjuang dan mengandalkan kemampuan nya dan meyakinkan masyarakat dan bukan menjual dengan agama tertentu dan agama yg sama dengan dia yang harus memilih pemimpin tersebut.
Narasumber terakhir yakni Stanislaus Riyanta (Pengmat Intelijen dan Terorisme) menjelaskan terkait faktor politik memang jadi salah satu pendorong, terutama politik identitas, tapi bukan faktor utama, faktor utama tetap ideal. | Pnr.