Sungguh tidak mungkin agama diturunkan agar manusia saling hujat, saling serang, terlebih lagi saling bunuh satu sama lain. Orang yang tidak sanggup bertahan dengan peradaban dan tidak sanggup menulis sejarah cenderung ingin mengubah sejarah. Mereka yang menjadikan agama sebagai kendaraan politik sudah terjadi sejak lama. Orang yang mendebat sejarah sebenarnya adalah orang yang tidak tahu sejarah itu.
Dengan beragama manusia seharusnya tidak gelisah oleh keyakinan orang lain. Karena semua agama sejatinya berkonsep luhur dengan dasar kemanusiaan dan kedamaian. Menganggap paling benar terhadap keyakinan kita, tidak harus dengan menyalah-nyalahkan keyakinan orang lain.
Mencintai agama yang kita peluk, tidak harus dengan membenci agama orang lain. Dalam konteks setiap keyakinan, ketika kita mengkafirkan orang lain, orang lain juga akan mengkafirkan kita. Ketika kita menghujat sesembahan orang lain, orang lain juga akan menghujat sesembahan kita.
Dalam Islam, sikap ini sangat dilarang. Karenanya, jangan pernah mencaci-maki keyakinan orang lain, karena agama akan kehilangan fungsinya. Semua kejahatan yang menggunakan agama sebenarnya hanya ingin menormalisasi kejahatan itu sendiri. Konflik dalam sejarah Islam itu tercermin dalam Perang Jamal, Perang Siffin, Perang Qurra, Perang Zab yang ke semua ini perang politik yang mengatasnamakan agama.
Dalam buku saya ini rujukannya sejarah dan filsafat. Ini adalah bagian dari upaya untuk mengembalikan agama kepada konsep awalnya: kemanusiaan dan kedamaian. Apa pun agama dan tafsir yang diyakininya, jika dua prinsip ini dijalankan secara utuh maka agama tidak akan melenceng di kalangan penganutnya.