Sakai Sambayan dan Nemui Nyimah dalam Tradisi Sekura
Dari segi falsafah hidup pada hakekatnya masyarakat Lampung secara umum memiliki kesamaan pandangan hidup yang disebut dengan Piil pesenggiri. Dalam tatanan moral merupakan pedoman bersikap dan berperilaku masyarakat adat Lampung dalam segala aktivitas hidupnya. Piil pesenggiri merupakan potensi sosial budaya daerah sebagai sumber motivasi dalam usaha memperjuangkan nilai-nilai positif di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Piil-pesenggiri pada hakekatnya merupakan nilai dasar yang intinya terletak pada keharusan untuk mempunyai hati nurani yang positif (bermoral tinggi atau berjiwa besar), sehingga senantiasa dapat hidup secara logis, etis dan estetis.
Sakai sambayan berarti tolong menolong dan gotong royong, artinya memahami makna kebersamaan atau guyub menunjukkan rasa partisipasi serta solidaritas toleransi yang tinggi terhadap berbagai kegiatan pribadi dan sosial kemasyarakatan pada umumnya.
Perencanaan pesta sekura telah dilakukan sejak jauh hari, tokoh pemuda-masyarakat, tokoh adat, dan seluruh lapisan masyarakat sebelumnya telah berkumpul bermusyawarah mengenai rencana perhelatan kegiatan pesta sekura. Dari musyawarah tersebut telah ditentukan kapan tanggal dan hari, sumber pendanaan, kepanitiaan menyangkut kesiapan pelaksanaan sekura. Selanjutnya mereka akan bergotong royong mencari beberapa batang pinang, membersihkan batang pinang hingga tegak berdiri dengan berbagai pernik hadiah diatasnya.
Selanjutnya pada saat rombongan sekura memanjat pohon pinang,mereka akan bahu membahu berbagi tugas agar satu diantara mereka bisa mencapai puncak dan memetik hadiah diatasnya. Jarang terdengar ada keributan karena berebut ingin mencapai puncak, pembagian kelompok masing-masing rombongan sekura telah diatur dari kelompok mana saja untuk satu pohon pinang. Setelah berhasil mereka akan berbagi atas hadiah bagi anggota kelompok tersebut.